CERITA PENDEK
Konsep dasar
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Asal-usul
Cerita pendek berasal-mula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite lebih menyaran pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
Cerita-cerita pendek modern
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.
Unsur dan ciri khas
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni mana pun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
Ukuran
Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematic. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan baas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.
Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel.
Genre
Cerita pendek pada umumnya adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi detektif, dll. Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalanan, prosa liris dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.
Cerita pendek terkenal
"An Occurrence at Owl Creek Bridge" oleh Ambrose Bierce (teks online)
"Yours Truly, Jack the Ripper" oleh Robert Bloch
"A Sound of Thunder" oleh Ray Bradbury
"Cathedral" oleh Raymond Carver
"The Most Dangerous Game" oleh Richard Connell
"The Story of an Hour" oleh Kate Chopin (teks online)
"A Rose for Emily" oleh William Faulkner (teks online)
"The Overcoat" oleh Nikolai Gogol (teks online — terjemahan dari bahasa Rusia)
"Young Goodman Brown" oleh Nathaniel Hawthorne (teks online)
"The Snows of Kilimanjaro" oleh Ernest Hemingway (teks online)
"The Gift of the Magi" oleh O. Henry (teks online)
"The Lottery" oleh Shirley Jackson (teks online)
"The Monkey's Paw" oleh W.W. Jacobs
"The Dead" oleh James Joyce (teks online
"In der Strafkolonie" oleh Franz Kafka (teks online terj. Inggris dari bahasa Jerman)
"The Call of Cthulhu" oleh H.P. Lovecraft
"Bartleby, the Scrivener" oleh Herman Melville (teks online)
"A Good Man Is Hard to Find" oleh Flannery O'Connor (teks online)
"The Tell-Tale Heart" oleh Edgar Allan Poe (teks online)
"Brokeback Mountain" oleh Annie Proulx
"The Red Room" oleh H.G. Wells
"The Last Question" oleh Isaac Asimov
Lihat pula:
Daftar pengarang cerita pendek dunia
Daftar pengarang cerita pendek Indonesia
Sastra
Karya fiksi
Daftar cerita pendek yang muncul di The New Yorker
Sumber-sumber lain
Situs Komunitas Penulis Amatir Indonesia, Situs komunitas penulis amatir terbesar di Indonesia, cerita pendek, puisi, prosa
Free Stories Center, situs untuk cerita pendek dan upaya menerbitkannya
Million Writers Award, untuk cerita pendek terbaik online tahun ini
Kronologi cerita pendek Amerika
Perpustakaan besar online untuk cerita pendek kontemporer dan klasik
Perpustakaan online untuk cerita pendek kontemporer dan klasik- Situs Jerman
Cerita pendek eTexts dan Lebih banyak Cerita pendek eTexts di Project Gutenberg
Cerita Hasidik Yahudi
Cerita pendek: 10 petunjuk untuk penulis kreatif baru
InÉdit: untuk penulis muda dengan kumpulan puisi dan cerita pendek online oleh orang muda
Short Story Radio, stasiun radio internet khusus untuk siaran professional dari cerpen-cerpen yang tak pernah diterbitkan sebelumnya.
MENGAPA MENULIS CERITA PENDEK?
DARI MANAKAH SEBUAH KARYA sastra berasal? Apakah dari perasan imajinasi, kepekaan intusi, hasil observasi, atau cukup dari pengalaman penulisnya sendiri? Apa justru ia lahir tiba-tiba, ditulis tanpa aba-aba, tanpa syarat apa-apa layaknya sungai yang begitu saja mengalir?
Pertanyaan ini pernah saya ajukan ke beberapa rekan yang aktif menulis (khususnya puisi dan cerpen), dan masing-masing jawabannya berbeda satu sama lain. Disini saya tidak akan menuliskan satu persatu jawabannya, tapi saya akan coba merunutkannya dalam suatu kesimpulan sederhana berikut.
Mereka umumnya menggunakan pengalaman sendiri (bisa juga dialami orang lain atau curhat teman) menjadi tema cerita, saat apa yang mereka alami itu memiliki nilai/ kesan yang khas dalam hidupnya. Dari sini muncul hasrat (motif komunikasi) dalam diri mereka untuk menceritakan kembali pengalaman tersebut kepada orang lain.
Observasi (pengamatan) boleh jadi merupakan cara termudah menemukan bahan untuk diangkat ke dalam sebuah cerita. Lihatlah sekeliling dimana saja kita berada, betapa begitu banyak kehidupan dengan beragam latar belakang, profesi, berikut masing-masing problema yang dihadapi. Di rumah, di kampus, di jalanan, di pasar, di sudut-sudut gang, dan di semua tempat pasti punya kisahnya sendiri-sendiri.
Tentang intuisi, W.J.S Poerwadarminta mendefinisikannya sebagai gerak hati; daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir (tetapi dengan merasa). Intuisi adalah perasaan yang dibawa setiap manusia sejak lahir. Maka, semakin peka perasaan tersebut, semakin mudah pula kita terinspirasi oleh banyak hal.
Manusia juga dianugerahi daya khayal/ kemampuan berimajinasi. Hasilnya berupa fantasi dan gambaran (dalam angan-angan) tak langsung dari keadaan/ kejadian sebenarnya. Disini penulis berperan penting mengolah imajinasinya menjadi jalinan cerita yang akan ditulisnya.
5. Tahap Proses Kreatif
Tak berhenti sampai di situ, saya lalu mengajukan pertanyaan berikutnya ke rekan-rekan penulis tadi: “Bagaimana cara menulis cerita pendek? Bagaimana kita harus memulainya?”
“Wah.. Menulis ya menulis. Kalo ditanya gimana caranya, gue juga bingung mau jawab apa,” ujar seorang dari mereka.
“Kalo gue sih gak ada patokan dasar, tapi pasti masing-masing penulis akan menemukan caranya sendiri-sendiri, kok,” kata seorang lainnya.
Memang betul, masing-masing penulis punya caranya sendiri-sendiri. Sebab, menulis ya menulis. Tapi jawaban tersebut belumlah jawaban yang memuaskan. Hingga akhirnya saya coba merunutkan kembali kemungkinan jawaban yang mungkin ada.
Menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Ada yang melakukannya secara spontan, ada juga yang perlu menyusun kerangka tulisannya terlebih dulu. Kebiasaan dan potensi setiap orang memang tidak sama. Tapi pada umumnya, ada 5 tahap proses kreatif yang dihadapi penulis.
Tahap pertama, adalah persiapan. Munculnya gagasan/ ide tentang isi tulisan adalah pemicu awal dalam proses kreatif menulis. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis. Tinggal bagaimana menuangkan gagasan tersebut apakah dalam bentuk tulisan artikel, essai, cerpen, atau dalam bentuk lainnya.
Kedua, tahap inkubasi/ masa pengendapan. Gagasan yang muncul tadi, kini disimpan matang-matang. Hingga muncul anak-anak gagasan baru; ada yang bagus ada yang tidak, ada yang memperkaya dan yang menambah kedalaman gagasan semula. Penulis harus membiarkan ide/ gagasan itu terbentuk di bawah sadarnya, sampai tiba saatnya ‘hamil besar’ dan gagasan itu siap dilahirkan lewat tulisan.
Ketiga, saat inspirasi. Inilah saat yang disebut ‘Eureka’, yakni saat tiba=tiba seluruh gagasan tersebut menemukan bentuk idealnya. Ada desakan kuat untuk segera menulis dan tak bisa ditunggu-tunggu lagi. Inilah saat bagi gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depakkan kakinya ingin dilahirkan.
Keempat, tahap penulisan. Pada tahap ini segala hasil inkubasi dan inspirasi tumpah dalam bentuk kata tertulis. Semuanya berjejalan ingin segera dituliskan. Jangan pikirkan mengontrol diri dulu. Jangan menilai mutu tulisan dahulu. Rasio belum boleh bekerja. Yang penting dituangkan saja semua. Sebab, hasilnya masih suatu karya kasar (draft).
Tahap terakhir, tahap revisi. Draft tersebut kemudian kembali dibaca, lalu diperiksa dan dinilai sendiri berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang dimiliki. Disinilah disiplin diri sebagai penulis diuji. Ia harus mau mengulangi menuliskannya kembali, hingga didapat bentuk tulisan terakhir yang dirasa telah mantap mendekati bentuk idealnya.
Kelima tahap inilah yang kemudian meyakini saya bahwa cara terbaik untuk menulis karya cerpen adalah dengan mulai menuliskannya. Jangan sekedar mulai mencoba, tapi lakukan juga secara nyata. Dan saya tidak sedang menggampangkan sesuatu hal disini, tapi saya ingin ketika suatu saat kita ditanyai ‘mengapa menulis cerpen?’, maka jawaban yang keluar dari mulut adalah MENGAPA TIDAK?
Pry S., 26 tahun, jurnalis, kini tinggal dan bekerja di Bogor, http://prys3107.blogspot.com
AGAR TULISAN SOULMATE
RESEP TULISAN BERJIWA.
Oleh Agung - Koran Jakarta
”Menulis itu sebagaimana kita belajar berenang. Jika tidak berani turun ke air, sampai kapan pun tidak mungkin bisa berenang. Begitu juga jika pingin jadi penulis, ya harus menulis,” pertuah dari sastarawan Helvy Tiana Rosa.
Salah satu pencetus Forum Lingkar Pena (FLP) tersebut memberikan resep, untuk dapat menulis itu harus rajin membaca agar memiliki wawasan yang luas. Membaca bukan hanya buku yang disenangi saja, namun membaca buku apa saja. Syarat tersebut belum termasuk baca koran, majalah, tabloid serta lingkungan yang ada disekitar kita.
Novelis Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) menambahkan, membaca merupakan sarana utama menuju ketrampilan menulis. Ibarat sebuah mobil, jika tidak ada bensinnya, tentu mogok. Begitu juga dengan penulis, jika tidak suka membaca, berarti jiwanya akan kosong. Banyak sedikitnya sumber bacaan itu akan tercermin dari karya tulis. Syarat lain menjadi penulis, lanjut Gola Gong, adalah menguasai 4 ketrampilan berbahasa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Empat Ketrampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan dengan cara seperti ini, kelak selain mahir menulis, mereka juga mahir berbicara di depan orang banyak. “Point terpenting lainya adalah latihan menulis, menulis dan menulis,” tandas penulis yang namanya melambung lewat novelnya Balada Si Roy.
BUKU HARIAN
Helvi mengamini kiat Gola Gong, latihan itu bisa dilakukan dengan menuliskan semua pengetahuan dan pengalaman baru setiap hari dalam buku harian. Boleh juga menulisnya dalam blog dan website pribadi. Untuk mengasah ketrampilan menulis itu juga dapat dilakukan dengan mencari sahabat pena untuk memberikan saran maupun kritik. “Dengan cara korespondensi tersebut kita akan semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas tulisan kita,” jelas perempuan yang menghasilkan tak kurang dari 600 cerpen, lebih dari 40 buku berupa kumpulan cerpen, novel, cerita anak, drama, kritik sastra, kumpulan esai, kumpulan puisi, dan sejumlah antologi bersama.
Penulis novel Laskar Pelangi, Adrea Hirata juga menawarkan kiat menjadi penulis yang professional. Jika ingin menghasilkan karya yang berkualitas hendaknya sering mengadakan penelitian tentang apa yang akan ditulis. Seorang penulis itu tidak hanya duduk di depan komputer atau laptop, ia harus terjun secara langsung ke lapangan untuk mengamati fenomena yang hendak di tulis.
Andrea memberikan contoh, ketika ingin menulis tentang kemacetan yang ada di Jakarta. Tentu seorang penulis harus paham bentul daerah-daerah yang menjadi titik macet di Jakarta. Dari kemacetan tersebut dampak yang ditimbulkan. Misalnya, polusi udara. Untuk itu, penulis juga harus paham dengan apa yang dimaksud dengan polusi tersebut. Bahkan alat ukur polusi itu harus diketahui bagaimana cara kerjanya. Oleh karena itu, penulis juga harus rajing-rajin ke perpustakaan atau toko buku untuk melakukan studi literature.
“Jadi belajar untuk menjadi penulis itu membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mengisi pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam memori otak. Oleh karena itu, saya tidak sepakat dengan pelatihan-pelatihan menulis yang hanya mengobral janji untuk menulis cepat. Sebab, hasil dari tulisan instant tersebut tentu tidak akan ada jiwanya,” cetus Andrea.(agung – Koran Jakarta)
Pengertian Cerpen
Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain.
Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan pedoman, tampaknya pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- karena secara teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi secara praktis ia dapat diaplikasikan. Pendapat yang dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan sebagai berikut:Pertama, cerita pendek harus pendek.
Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem.Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik.
Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis dari awal sampai akhir.
Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka peristiwa digresi.Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis.Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan.
Itulah sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang hidup.Kelima, cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di situ.
Rumusan Poe inilah –saya sepakat dengan Korrie Layun Rampan- sesungguhnya yang cukup bisa mewakili pengertian cerita pendek secara umum.
II. Karakteristik Cerpen
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat. Sedangkan cerita rekaan yang panjang adalah novel. Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah?
Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup menjelaskan. Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).Yang jelas, karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.
Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita.
Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.Dan karena jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka –diatara karakteristik cerpen- tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat saja.
Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu cerpen.
III. Unsur-Unsur dalam Sebuah Cerpen
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini.
Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti:
· Kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan.
· Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan duka.
· Cinta adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala kesulitan.
· Dan lain sebagainya.
Cerpen yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” dapat bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu.
Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.Atau, secara lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
3. Plot
Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh populer menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.”Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.3. Campuran keduanya.
PenokohanYaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut.
Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Reaksi tokoh terhadap suatu perstiwa
2. Tindakan, ucapan dan pikirannya atau apa yang melintas daloam benaknya
3. Tempat tokoh tersebut berada
4. Benda-benda di sekitar tokoh
5. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
6. Pecakapan antartokoh
7. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4. Latar atau Setting yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter tokoh.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Di antara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita.
Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
· Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
· Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
· Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
· Sudut pandangan yang berkuasa
Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.IV. Anatomi Cerita PendekSetelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita.
Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
1. Situasi (pengarang membuka cerita)
2. Peristiwa-peristiwa terjadi
3. Peristiwa-peristiwa memuncak
4. Klimaks
5. Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin dapat dikatakan sebagai berikut:
1. Perkenalan
2. Pertikaian
3. Penyelesaian\
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini. Helvy Tiana Rosa selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu dan berkomentar,“Cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita.
Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja. Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri. Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.”
V. Agar Sebuah Cerpen Memiliki Daya Pikat
Agar cerpen ada memikat pembaca, trik-trik berikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik:
1. Carilah ide cerita yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide cerita semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” adalah pilihan yang kurang tepat, karena akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.
2. Buatlah lead, paragraf awal dan kalimat penutup cerita yang semenarik mungkin. Alinea awal dan alinea akhir sangat mementukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam cerita yang dibacanya. Sedangkan kalimat akhir adalah kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, karena cerpen yang memberikan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.
3. Buat judul cerita yang bagus dan menarik. Sebagaimana buku, cerita yang bagus tidak semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya adalah kalimat pembuka yang buruk dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menjelaskan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul:Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat.Kedua, judul harus mudah diucapkan. Dan yang ketiga, kuat maknanya.
4. Perhatikan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh. Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal cerita bisa kita gunakan teknik:-in medias res (memulai cerita dari tengah)-flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)Anton Chekov menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama cerpenmu, lalu robek dua dan buang sobekan yang sebelah atas.”
5. Buatlah suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), jangan terjebak pada cerita yang bertele-tele dan mudah ditebak.
6. Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan, “Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.”Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih novel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam semua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.”
7. Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk.
8. Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah anda selesaikan.Akhirnya, saat Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya.
9. Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu.
Menulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Lalu saat menulis cerpen ingat pesan Edgar Allan Poe, agar cerpenmu berbobot, Dalam cerpen tak boleh ada satu kata pun yang terbuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi keseluruhan.
Selamat menulis cerpen!
Sumber: Cerpenista
Kamis, 02 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kebaikan yang Tertutupi
BalasHapusHari ini genaplah usiaku ke-7 tahun. Mamaku menyiapkan pesta kejutan yang kecil dan sederhana. Saya sangat gembira dan terharu hingga mengeluarkan air mata. Maklumlah, aku memang hanya dibesarkan oleh mama. Aku sangat sayang dengan mama. Apapun yang kuminta, pasti mama akan memberikannya padaku. Papaku telah meninggal sebelum aku lahir. Maka dari itu, aku tidak pernah mengenal sosok seorang papa. Namun, aku bersyukur mendapatkan mama yang baik dan penuh perhatian kepadaku.
“ Susan, besok mama harus berangkat ke Semarang untuk urusan bisnis. Jadi, Tante Dian akan tinggal di sini untuk menjaga kamu.”
“ Ke Semarang ? Berapa lama mama pergi ? Naik apa mama ke sana ?” tanyaku lugu.
“Mama hanya pergi 2 hari, kok. Naik mobil.” Jawab mamaku singkat. Sebenarnya, aku tidak merasa keberatan jika ditinggal mama siang hari. Tapi jika malam hari aku takut tidur sendirian. Bagaimana jika aku tidak bisa tidur karena mama tidak membacakan dongeng untukku. Bagaimana jika terjadi hujan dan petir menyambar di sela-sela jendela kamarku ? Aku tidak bias membayangkannya.
“Jangan kuatir, kan ada Tante Dian yang menemanimu,” kata mama seolah-olah bias membaca pikiranku.
“Aku kan tidak akrab dengan Tante Dian. Dan aku yakin dia tidak akan membacakan dongeng untukku.”
“ Tante Dian orangnya baik. Kalau kamu meminta tante membacakan dongeng, pasti tante akan melakukannya untukmu.”
Keesokkan harinya mama sudah siap untuk pergi. Dia buru-buru mengecup keningku dan langsung melesat pergi menuju mobil yang akan ditumpanginya. Aku hanya melambai-lambaikan tanganku di depan pintu. Aku masih melihat mama tersenyum melihatku sebelum mobil melaju dengan cepat. Aku berdiri di depan pintu hingga mobil yang mama tumpangi hilang. Setelah itu, dengan lunglai kunyalakan televisi dan duduk bersama Tante Dian di ruang tamu. Beberapa kali aku mendengar Tante Dian mengajakku bicara, namun aku tidak menanggapinya. Aku melangkah menuju kamar untuk melanjutkan tidurku.
Entah telah berapa lama aku tidur. Aku bangun dan melihat hujan turun dengan sangat deras. Seluruh badanku kaku. Aku mengingat-ngingat mimpi yang membangunkan tidurku. Aku bermimpi berada di sebuah tempat yang ramai, namun aku sendirian. Aku menangis mancari-cari mama, tapi aku tidak menemukannya. Aku berjalan tanpa arah sampai akhinya aku hanya menemukan orang yang tidak kukenal mengajakku pulang bersamanya.
“ Susan, Susan, buka pintu,” teriak Tante Dian. Tante Dian mengetuk-ngetuk pintu kamarku hingga aku terkejut karenanya. Dengan cepat aku membuka pintu dan bertanya “ Ada apa?”
“ Tadi teman mamamu telepon, katanya mamamu kecelakaan.”
“ Apa ???!!!” teriakku histeris.
Aku dan Tante Dian langsung beranjak dan pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, aku melihat kepala mama penuh dengan darah. Tanpa sadar, aku mengeluarkan air mata. Kupeluk mama dengan erat. Mama menatapku dan tersenyum. Aku marah dan tak henti-hentinya menangis.
“ Mengapa ini bias terjadi ?” teriakku.
“ Susan, kamu jangan kuatir,” kata mama perlahan.
“ Bagaimana bisa aku tidak kuatir,” tanyaku dengan marah.
“ Tenang, sayang. Tenang. Mama mau memberitahukanmu sesuatu…. Sebenarnya papamu masih hidup. Maafkan mama, mama telah membohongimu. Mama melakukan ini demi kebaikkanmu. Mama tidak mau kamu bertanya-tanya tentang papa kamu. Papamu seorang pemain sepak bola terkenal. Jika kamu sudah dewasa, kamu boleh mencarinya, tapi jangan sekarang. Sebaiknya, kamu tinggal bersama Tante Susan sekarang. Tante Susan akan menjagamu. Papamu bernama Jjjjjjjjjjjj….”
“ Mama….Mama….Mama jangan tinggalin Susan, Ma….” Teriakku tanpa henti memanggil mamaku. “ Aku sudah tidak ada mama….Bagaimana aku sekarang?”
Aku menangis. Aku takut. Aku berjalan tanpa arah. Aku minggat. Aku berlari ke lapangan sepakbola, tempat pemain sepakbola bermain. Aku merasa sangat asing. Bagaimana aku tahu mana papaku? Apa aku bertanya siapa yang punya anak perempuan? Atau aku bertanya siapa yang telah meninggalkan keluarganya ? Tidak mungkin orang akan tahu. Aku bertanya kepada salah seorang dari mereka.
“ Apakah di sini ada pemain sepak bola yang inisialnya J ?”
“ Tentu saja ada. Jimmy dan pemain terhebat kita, Joe. Itu Jimmy,” kata orang yang aku ajak bicara itu sambil menunjuk Jimmy.
Aku berlari dan berkata pada Jimmy,” Papa.”
Jimmy dengan spontan mendorongku. Aku nyaris terjatuh. Dengan bingung ia bertanya, “ Kamu siapa ? Aku belum menikah dan tentu saja aku belum mempunyai anak.”
Aku juga bingung, apakah aku salah orang ? Atau dia tidak mau mengakuiku sebagai anaknya ? Ataukah sebaiknya aku mendengarkan saran mama untuk tidak menemui papa sebelum aku dewasa? Tidak, aku tidak boleh mengerjakan sesuatu setengah-setengah. Aku sudah ke sini untuk mencari papa, tetapi aku belum menemukannya. Aku harus dapat menemukan papa.
Aku berkata dan bertanya,” Aku Susan. Apakah kau mengenal Sara, mamaku?”
“Aku mengenalnya,” jawab seseorang dari arah yang berlawanan.
“Kau mengenalnya ?” tanyaku
“Ya, namun aku telah lama tidak bertemu dengannya. Namaku Joe. Kamu siapa? Apa hubunganmu dengan Sara ?
“ Aku anaknya, Susan. Aku kesini untuk mencari papaku, Kata mama, papaku inisialnya J. Apakah itu kamu ?”
“Ya, inisialku J, tapi aku tidak yakin kamu anakku.”
“ Joe, sudah punya anak. Dan ia tidak mau mengakui anaknya.” Kata salah seorang teman papa.
“Wah…wah… pemain sepak bola terhebat kita sudah punya anak. Mengakulah Joe, kasihan kan anak kecil itu. Kami tidak akan memberitahukan kepada siapapun. Janji.” Kata yang lain sambil mengangkat tangannya.
Dengan kesal Joe menarik tanganku dan mengajakku pergi dengan mobilnya. Aku hanya mengkutinya. Aku tidak tahu Joe ingin mengajakku kemana. Dia melajukan mobilnya dengan cepat. Tiba-tiba dia berhenti. Aku terkejut, kemudian Joe turun tanpa berkata apa-apa. Aku lagi-lagi hanya diam. Tak lama aku diam, Joe telah kembali dan memberikan air mineral kepadaku.
“Aku tidak suka anak kecil. Jadi, kamu harus mendengarkanku dan jangan merepotkanku.” Kata Joe seolah-olah memperingatkanku.
“ Mama tidak pernah berkata kasar padaku.” Jawabku.
“ Aku bukan mamamu, aku Joe.”
Aku tidak berkata apa-apa lagi. Aku hanya memandangi jalan tanpa menanggapi omongan Joe. Joe melajukan mobilnya lagi dan berhenti di sebuah perumahan. Joe mematikan mesin mobilnya.
“Turun.” Katanya.
Aku mendengarkan Joe. Aku melangkah masuk ke rumah Joe dan duduk di ruang tamu. Joe masuk ke dalam dapur menyiapkan makanan. Sambil menunggu Joe, aku menonton Tom and Jerry. Sudah 20 menit aku menunggu Joe. Dan aku sudah tidak mau lagi menunggu lebih lama. Aku masuk ke dalam dapur dan melihat masakan apa yang sedang dimasak oleh Joe.Aku melihat Joe memasak tempe dan sayuran. Dengan spontan aku melempar makanan itu di lantai.
“Apa yang kamu lakukan” teriak Joe marah. Joe mengangkat tangannya, hendak memukulku. Aku menghindar. Tapi tangan Joe berhenti seakan-akan tidak tega memukulku.
“ Aku tidak suka tempe dan sayur. Aku mau ayam goreng.”
“ Apapun yang aku suruh kau harus menurutinya.”
“ Mama menasihatiku agar aku tidak melakukan sesuatu yang tidak kusukai.”
“ Tetapi sekarang kau tinggal denganku, jadi kau harus menurutiku. Mulai hari ini kamu tidak boleh ke dapur. Kamu hanya boleh di ruang tamu, karena aku tidak menyiapkan kamar untukmu.
Setelah membersihkan tumpahan makanan yang tadi kulempar, Joe mandi. Sesudah Joe mandi, ia menyuruhku mandi. Aku masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan air. Air sudah memenuhi bath tub, setelah itu aku menabur-naburkan sabun ke dalam bath tub. Tidak lama kemudian, bath tub telah dipenuhi dengan busa. Aku memanggil Cissie, anjing Joe yang akrab denganku untuk membohongi Joe. Kugosok-gosok Cissie dan menyuruhnya memanggil Joe seolah aku tenggelam di dalam bath tub.
Aku bersembunyi di balik pintu kamar mandi. Tidak lama kemudian Joe muncul, di langsung melompat ke dalam bath tub. Aku masih di tempat persembunyianku, menunggu apa yang akan terjadi. Setelah 2 menit aku menunggu, Joe muncul. Ia tampak sangat cemas dan lelah. Ia menarik napas panjang kemudian kembali menyelam ke dalam bath tub. Aku melihat dia sangat kewalahan, jadi aku keluar dari tempat persembunyianku.
Joe bengong, kemudian marah. Dia dengan cepat keluar dari bath tub dan ingin meraihku. Tapi, sayangnya ia terpeleset dan jatuh. Aku tertawa melihatnya, tapi tawaku terhenti melihat Joe menatap tajam ke arahku. Dengan lamban aku keluar dari kamar mandi meninggalkan Joe. Joe terdiam saking kesalnya atas apa yang telah kulakukan. Tidak terasa, malam telah tiba.
“ Susan…Susan…cepat tidur.”
“ Aku tidak mau.”
“ Mengapa kau selalu merepotkanku? Aku sudah lelah seharian mengurusimu.”
“ Aku tidak bisa tidur.”
“ Mengapa ? Apa rumahku tidak nyaman bagimu?”
“Bukan begitu. Tapi…”
“Tapi apa?”
“Aku tidak bisa tidur jika tidak ada yang membacakan dongeng untukku?”
“ Aku tidak bisa membacakan dongeng untukmu. Bagaimana jika kau yang membacakan dongeng untukku.”
“ Baiklah hingga aku lelah, aku bisa tidur dengan sendirinya.”
“ Ok, sekarang kita ke ruang tamu karena di sana kau tidur. Aku tidak bisa tidur di sofa. Jadi kau yang tidur di sofa ruang tamu.”
“ Baiklah.”
“Zaman dahulu, tingallah raja dan ratu di sebuah istana. Namun, ia tidak bisa memiliki keturunan. Setiap hari ratu berdoa agar bisa mempunyai anak. Pada saat ratu berdoa, tiba-tiba muncullah seorang peri cantik. Ia berkata bahwa ratu akan memiliki seorang putri yang cantik. Ratu sangat gembira mendengarnya….”
Sudah lumayan lama aku menceritakan dongeng kepada Joe. Aku juga sudah mulai mengantuk. Aku memperhatikan Joe, tapi ia kelihatannya ia sudah tertidur. Lalu, aku berjalan menuju kamar Joe untuk tidur karena aku tidak mungkin tidur di ruang tamu bersama Joe. Karena aku haus, aku keluar kamar dan ingin mengambil minum. Tetapi, aku melihat Joe masih bergerak-gerak di sofa dan tidak bisa tidur. Aku tidak tahu apakah Joe ngigau karena tidur terlalu nyenyak atau karena ia belum tidur. Tapi aku tidak menanggapinya karena aku sudah sangat lelah dan ingin tidur.
Keesokan harinya Joe mengeluh karena seluruh badannya sakit akibat tidur di sofa. Ia akan pergi latihan sepak bola pagi ini. Dan ia menyuruhku menjaga rumah. Tentu saja aku tidak mau. Aku ingin melihat Joe latihan. Sesampainya di sana, Joe ditertawakan teman-temannya karena mengajak anak kecil sepertiku. Aku sangat kesal karenanya. Apalagi teman Joe itu akan ke rumah Joe untuk bersama-sama menonton sepak bola hingga malam.
Setelah sampai di rumah, aku menyalakan televisi untuk melihat film kartun kesayanganku, Tom and Jerry. Tapi, Joe malah merebut remote dan mengganti channelnya. Aku ngambek dan masuk ke dalam kamar Joe.Joe mengetuk-ngetuk pintu, tapi aku tidak mau membukanya. Kemudian Joe bernyanyi :
”Aku minta maaf karena telah membuatmu sedih.
Apakah aku harus kesepian hari ini
Buka pintu…
Maukah kau memaafkanku
Memberikan papamu kejutan
Memberi papa senyum terbaikmu….”
Keesokan harinya Joe akan menghadiri pesta peresmian kafe. Lagi-lagi Joe menyuruhku tinggal di rumah. Tetapi aku tidak mau.
“ Pesta ini acara orang dewasa. Anak kecil tidak boleh ikut.”
“ Aku tidak mau ditinggal sendirian. Pokoknya aku mau ikut.”
Dengan terpaksa Joe mengajakku menghadiri pesta peresmian itu. Di sana Joe memperkenalkan seorang wanita cantik yang bernama Melanie. Aku tidak suka dengan Melanie, karena Joe lebih memperhatikan dia daripada aku.
“ Kau pasti Jennifer kan? Joe sering cerita bahwa dia sangat suka denganmu, Jennifer. Apakah kau menyukai papaku, Joe?”
“ Aku bukan Jennifer!!”
“ Oh, maaf. Aku tidak tahu. Kalau bukan Jennifer kamu siapa?”
“ Aku Melanie.”
“ Oh…Melanie, kamu anak papa juga ya?? Umur kamu berapa? Dulu papa juga meninggalkanmu ya?"
Dengan kesal Melanie pergi dan tidak menanggapi omonganku. Inilah yang aku mau. Melanie beranggapan bahwa Joe adalah cowok brengsek dan ia akan meninggalkan Joe, papaku. Tapi, sekarang aku di pesta ini sendirian. Aku tadi melihat Joe mabuk karena kebanyakan minum. Atau jangan-jangan Joe meninggalkanku? Bagaimana aku sekarang ? Aku menangis. Seseorang bertanya padaku mengapa Joe meninggalkanku, tetapi aku tidak menjawabnya. Aku duduk dan tertidur.
Tidak lama aku tidur, Joe membangunkanku dan meminta maaf karena lupa memanggilku untuk pulang. Maklumlah, Joe sudah terbiasa hidup sendiri dan lupa kali ini dia mengajak gadis kecil yang manis sepertiku. Sebagai permintaan maaf, Joe berjanji akan mengajakku makan es krim besok.
-----------------------------------------------
Aku sedang menikmati es rasa strawberry. Tiba-tiba seseorang bergabung bersama kami. Aku terkejut melihat Tante Dian duduk di sebelahku. Joe juga terkejut melihat Tante Dian dan kelihatannya Joe juga mengenal Tante Dian.
“ Susan, tante mencarimu kemana-mana. Ternyata kamu bersama orang yang tak bertanggung jawab ini.”
“ Apa maksudmu, Dian. Mengapa kau harus mencari Susan? Bukankah Sara yang menyuruh Susan pergi mencariku?
“ Apa Susan tidak memberitahukanmu bahwa Sara telah meninggal karena kecelakaan mobil beberapa bulan yang lalu?
“ Susan, apakah benar apa yang dikatakan Tante Dian? Mengapa kau tidak memberitahukanku?”
Aku tidak menjawab pertanyaan Joe. Aku hanya diam sambil makan es krim tanpa henti. Namun tiba tiba aku merasa sesak napas. Aku tidak tahan lagi. Aku berhenti makan es krim dan menangis.
“ Susan, mengapa kau tak menjawab?” bentak Joe.
“ Apa yang terjadi Susan, apa kau baik-baik saja?” Tanya Tante Dian.
“ Dian, anak ini pintar akting. Dia sudah seperti pemain drama internasional.”
“ Joe, apakah es ini ada kacang?”
“Ya”
“Joe, Susan alergi dengan kacang. Cepat bawa Susan ke rumah sakit.”
Dengan cepat Joe menggendongku dan membawaku ke rumah sakit. Aku hanya bisa pasrah, tidak tahu apakah aku masih bisa hidup karena tidak bisa bernapas. Joe berlari tanpa henti menggendongku. Padahal, jarak yang ditempuh Joe masih lumayan jauh. Tetapi, Joe masih bisa menggendongku ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, aku langsung ditangani oleh dokter. Joe dengan cemas menungguku keluar. Aku ingin tidur, tetapi tidak bisa. Aku mendengar percakapan Joe dengan Tante Dian.
“Aku akan mengasuh Susan atas permintaan Sara.”
“Tidak aku yang akan menjaga Susan. Aku telah kehilangan waktu 7 tahun bersama Susan dan aku tidak akan kehilangan Susan lagi.”
“Sara menyuruhku menjaganya, bukan kamu. Apa yang telah kau lakukan untuk Susan? Kau hanya bisa mencelakainya. Kau telah membuat dia masuk rumah sakit. Kau tidak tahu apa-apa tentang dia.”
“ Joe, sebaiknya besok aku pulang bersama Tante Dian.” Jawabku.
Joe tidak berkata apa-apa. Sepertinya ia menghargai pendapatku. Besok aku akan meninggalkan rumah sakit, meninggalkan Cissie, dan meninggalkan Joe. Sebenarnya aku ingin tinggal lebih lama dengan Joe, namun masalahnya sudah parah seperti ini. Aku tidak ingin merepokan Joe karena masalahku. Aku juga tidak ingin membuat Tante Dian cemas. Besok lusa Joe akan bertanding sepak bola. Aku harus menyemangati Joe agar ia menang. Karena ini merupakan pertandingan yang amat penting bagi Joe untuk dapat bertanding secara internasional.
Joe sedang bertanding dengan teman-temannya. Aku dan Tante Dian hanya menyaksikan pertandingannya di televisi. Aku melihat Joe bermain tanpa konsentrasi. Regu lawan telah gol 2 kali. Aku memutuskan untuk menemui Joe dan memberikannya semangat secara langsung. Tante Dian juga setuju mengajakku menemui Joe sekarang. Sesampainya di sana, aku berteriak-teriak menyemangati Joe. Joe melihatku dan bermain dengan penuh semangat. Detik-detik terakhir Joe bisa mencetak gol dan mengalahkan regu lawan. Joe memelukku dan aku memutuskan untuk tinggal bersama Joe.
JESSICA SUTRISNO
X.3 / 18